• Rabu, 27 September 2023

Goenawan Soesatyo Mohamad Mau Istirahat Menulis Catatan Pinggir?

- Jumat, 7 April 2023 | 23:58 WIB
Mas Goen bersama S.S Budi Raharjo, Ketum Asosiasi Media Digital Indonesia
Mas Goen bersama S.S Budi Raharjo, Ketum Asosiasi Media Digital Indonesia

SETELAH 46 TAHUN

46 tahun, 2027 tulisan, 1,5 juta kata, 15 jilid buku — dan rubrik “Catatan Pinggir” di majalah Tempo pun beristirahat. Saya memutuskan untuk tak akan menuliskannya lagi tiap minggu.

Tentu ada yang bisa disyukuri dan ada yang bisa disesali dari kerja terus menerus itu. Tapi yang saya capai pada akhirnya terbatas.

Batas pertama pada niat. Batas kedua pada kemampuan. Saya tak berniat jadi penulis “Catatan Pinggir” sampai titik darah penghabisan. Ada saat berhenti. Saya memilih menentukan saat itu pada usia 82 ini, kira-kira sebelum saya mulai tak mampu lagi menyajikan percakapan yang menarik dan penting — sebelum saya hanya bisa mengulang-ulang.

Batas ketiga para pembacanya.

Pada dasarnya “Catatan Pinggir” sebuah undangan ke dalam percakapan. Tapi tentu saja saya tak bisa memperkirakan bagaimana pembaca akan ikut membentuk percakapan itu. Dan ketika selama hampir setengah abad hadir generasi-generasi baru pembaca, perkiraan itu makin tak mudah.

Saya tak bisa berharap akan berkomunikasi lancar dengan satu dua generasi yang tak mengalami yang saya alami sebelum Tempo di tahun 1971 —sejarah politik, sejarah pemikiran, perkembangan dan perubahan bahasa. Siapa Trotsky, Allan Dulles, James Dean, Titien Sumarni, S. Rukiah? Apa arti “nekolim”? “Manipol”? “Kopkamtib”? Apa gerangan “Perang Dingin”?

Kata-kata sejenis itu kini tak bisa saya asumsikan akan langsung dimengerti pembaca. Kadang-kadang saya mencoba menjelaskan —dan itu akan membuat tulisan jadi panjang, sebab nama “Trotsky” misalnya tak akan berarti apa-apa tanpa pengetahuan tentang sejarah Revolusi Rusia.

Kalau para pembaca tak hendak mencari sendiri, saya tak akan mampu menjelaskannya dengan memadai.

Kian lama, saya kian tak yakin saya akan mampu. Generasi terus berganti.

**

Penyair Jerman, Paul Celan, pernah mengibaratkan menulis dengan mengirim sebuah pesan yang dimasukkan ke dalam botol yang dilepaskan ke laut. Tak ada alamat jelas dan pasti yang dituju. Ombak bisa membawanya ke sembarang pantai. Di sana mungkin ada (atau mungkin tak ada) seseorang yang akan menemukan dan membacanya.

Namun menulis juga tak buta arah, menafikan orang lain. “Saya hendak dibaca,” kata Multatuli. Menulis adalah mengharap. Ketika saya, atau anda, bahkan Paul Celan menulis, tersirat harapan bahwa akan ada seorang “engkau yang responsif”, “ein ansprechbares Du“— satu “Engkau”, persona kedua, seorang pembaca, entah siapa persisnya, yang tak hanya beku membatu, yang malah mungkin menyahut.

**

Tentu perlu ditambahkan bahwa perumpamaan “pesan-dalam-botol-yang-hanyut” itu terutama berlaku buat puisi — atau ketika kita menulis dengan modus puitik. Catatan Pinggir kadang-kadang muncul dalam modus puitik, tapi sebagai sebuah tulisan yang akan dipasang dalam sebuah media massa, ia memakai bahasa yang bisa dikategorikan dalam jenis “prosa”.

Halaman:

Editor: Redaksi Kami

Terkini

Di Angkot, Catatan Pinggir SS Budi Raharjo

Minggu, 24 September 2023 | 05:36 WIB

Budi Jojo alias SS Budi Raharjo

Jumat, 1 September 2023 | 06:07 WIB

Budi Jojo alias SS Budi Raharjo

Sabtu, 8 Juli 2023 | 23:47 WIB

Pria Eksekutif: Memang Beda

Minggu, 25 Juni 2023 | 23:21 WIB
X