

Beritaenam.com — Jim Macnamara, seorang Profesor Komunikasi Publik di Universitas of Tecnology Sydney, menyatakan bahwa terjadi revolusi oleh kita dalam menggunakan media dan komunikasi public.
Pilihan “revolusi” layak digunakan karena perubahan sosial budaya yang berlangsung cepat dan berkenaan dengan dasar kehidupan masyarakat. Era digital 4.0 dan artificial intelegent, bahkan aplikasi digital menjadi gaya hidup kita.
Tak dapat dipungkiri, bahwa revolusi ini timbul karena keberadaan media baru (internet) yang bersifat dua arah, yang mempengaruhi masyarakat secara sigifikan, ketika itu sekitar 2010. Media massa mainstream mulai tergerus jaman.
Harus diakui, banyak media cetak yang gugur, ada berpindah ke media internet. Namun, ada pula yang memutuskan berhenti total. Sekarang ini, malah disebut televisi yang mengalami senjakala saat youtube, menjadi sahabat kaum milenial dan generasi alpha.


Hanya dengan menggenggam gadget, orang bisa melakukan banyak hal. Bertransaksi, berdagang, mempromosikan produk, atau menjalin relasi yang begitu luas dengan orang lain.
Majalah MATRA malah seperti “menggaet” kekangenan, di pecinta print alias media cetak. Gaya bahasa features, dengan data dan investigasi serta liputan lengkap. Menjadi referensi atau hadiah, kadang goodybag, para pecinta bacaan bernas.
Sempat beken dengan tagline majalah Trend Pria. Menjadi referensi “pusat kekuasaan” dan pebisnis dan tokoh pemegang keputusan di republik ini. Di tengah laju perekonomian digital bertumbuh, ke khasan untuk memegang majalah cetak tetap ada.
Rapat redaksi harus rapat dan mencari tokoh yang penuh inspiratif, demikian juga liputan-liputannya. Maka, di kala media massa lain, cetak koran dan majalah disebut “senjakala media cetak”.
Sempat Hilang, Kini Majalah MATRA Kembali Eksis
Dengan branding Indonesia. Majalah MATRA Indonesia memiliki ke-khasan, inovasi dan menampilkan tokoh dan sisi lainnya, termasuk liputan unik, menjadikan banyak perpustakaan sengaja memesan khusus.
Perpustakaan Insititut Pertanian Bogor (IPB) dan Perpustakaan STIE Trisakti, Kampus Bekasi adalah contohnya. Perpustakaan di Universitas terkemuka itu, malah menelpon redaksi dan mentransfer sejumlah uang berlangganan setelah mengisi formulir berlangganan.
Jadi, bukan hanya pribadi dan korporasi yang terus menginginkan majalah MATRA edisi cetak. Bertumpu pada inovasi dan kreativitas. Di tengah jurnal-jurnal akademis baru yang berusaha mengupas, transisi besar.
Nielsen meriset sebanyak 5,8 juta penduduk masih membaca media cetak. Di mata pelanggan Jawa Tengah, apalagi di luar pulau Jawa, Koran dan Majalah masih dominan di Makassar, Palembang, dan Medan.