Catatan Pinggir FB Agi Sugiyanto Tentang Reuni SMA 36 Rawamangun

 

HARIANKAMI.com -- 36 tahun yg lalu, kami masih culun-culun. Sabtu kemarin, kami kumpul kembali.

 

Reuni ceritanya. Bertempat di hotel Golden Boutiq, Gunung sahari, alumi SMA 36 Rawamangun, Jakarta Timur bikin acara kumpul-kumpul, seru-seruan.

 

Yang datang 200-an, temen-temen yang sekarang sudah masuk senja.

 

Ada yg sudah beruban total, bahkan ada beberapa temen yang tampak jalannya terseok, karena stroke dan komplikasi.

 

Tapi ada yang masih gagah, fit dan semangat membara. Salah satu diantaranya, saya, insya Allah .

 

Tapi, yang jelas kami sudah bukan remaja belasan tahun. Umur kami sudah lewat setengah abad. Alhamdulillah masih dikasih umur.

 

Mengingat beberapa sahabat sudah mendahului kita, diantaranya temen seangkatan yang dulu jadi juara umum di sekolah, sudah almarhumah.

 

Kita doakan khusnul qotimah. Beberapa diantaranya nggak bisa datang, karena terbaring sakit dengan deretan penyakit menerpa.

 

Bersyukur, kita masih bisa kumpul-kumpul, melepas rindu, merajut kenangan. Obrolan pun bergesar ke urusan anak cucu.

 

Pertanyaan yang selalu terdengar dalam obrolan; anaknya kerja di mana? cucunya berapa?

 

Kami sudah tua. Tampak keriput, gigi ompong, jalan sempoyongan. Semangat kami, hanya sekedar bernostalgia.

 

36 tahun yg lalu, kami masih gagah perkasa, sekarang sudah tua, renta.

 

Ah hidup ini sekedar menunggu giliran. Harta benda, setatus, jabatan hanya titipan. Sama halnya anak keturunan kita adalah amanah.

 

Mereka anak panah, kami busurnya.

 

Mereka melesat, kami cuma bisa menatap, kami hanya sekadar mengantarkan.

 

Mereka, anak cucu keturunan, generasi yg akan meneruskan ekosistem dan kehidupan di dunia yang penuh warna ini.

 

Makasih teman-teman. Makasih sahabat seperjuangan. Kita saling mendoakan. Sehat selalu, jaga selalu kesehatan.

 

Salam buat keluarga. Kalian adalah sahabat-sahabat kami, masa-masa remaja dulu, pernah sama-sama, bercengrama.

 

Ah, kalau teringat, bikin sedih, pingin nangis.

 

Hidup enggak mungkin kembali ke belakang.

 

Yang ada hanya kenangan. Langkah demi langkah, mulai pelan menapak. Pada waktunya kita akan berhenti. Tinggal menunggu giliran.